RSS

Halaman

Teori Self Carl Rogers



Teori Self
CARL ROGERS 
BAB I
PENDAHULUAN

Rogers adalah seorang psikoterapist yang melibatkan peneliti kedalam sesi terapi (memakai tape recorder) yang pada tahun 1940an membuka sesi klien yang masih tabu dicermati oleh orang lain. Dengan cara itu orang mulai belajar tentang hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya. Model terapi yang dikembangkan oleh Rogers lebih dikenal dengan sebutan client centered.
Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik perilaku defensif. Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya sendiri. Terapis juga harus berusaha memahami dunia klien. Terapis juga harus bisa membuat klien merasa nyaman dalam proses terapi. Rogers memandang proses terapeutik sebagai model dari hubungan interpersonal, hal inilah yang mendasari ia memformulasikan teori tentang hubungan interpersonal yang diringkas sebagai berikut:
a)      Minimal dua orang yang bersedia terjadinya kontak.
b)      Masing-masing mampu dan bersedia untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.
c)      Berhubungan terus menerus dalam beberapa jangka waktu.
Menurut Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni terdapat ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam kenyataan. Pada mulanya, klien boleh jadi mengharapkan terapis akan menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau memandang terapis sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan ajaib. Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat keputusan-keputusan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan melalui pengajaran dari terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan segera belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar melalui hubungan dengan terapis

BAB II
PEMBAHASAN

TEORI ROGERS
A.    ORGANISME
Organisme adalah keseluruhan indifidu. Organisme memiliki sifat-sifat senbagai berikut :
1.      Organisme bersaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Organisme memiliki satu motif dasar yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
3.      Organisme mungkin melambangkan pengalaman pengalamannya sehingga itu disadari atau mungkin tidak disadari.
B.     MEDAN PHENOMENAL
Medan phenomenal adalah “frame of reference” dari individu yang hanya diketahui oleh orang itu sendiri. Medan phenomenal mempunyai sifat disadari atau tidak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomena hal itu dilambangkan atau tidak.
C.     THE SELF
Carl Rogers mendeskripsikan the self sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur kepribadian yang sebenarnya. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen.
Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau “me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau “me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.

SIFAT-SIFAT SELF
1.      SELF berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
2.      SELF mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara(bentuk) yang tidak wajar.
3.      SELF mengejar konsistensi(kebutuhan/kesatuan), keselarasan.
4.      Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras atau konsisten dengan SELF
5.      Pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur SELF diamati sebagai ancaman.
6.      SELF mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.

Sifat-sifat dari ketiga konsepsi itu saling berhubungan dan dirumuskan oleh ROGERS dalam 19 dalil dalam bukunya “client Centered Teraphy” dan inilah yang merupakan teori ROGERS mengenai “SELF”. Adapun dalil-dalil ROGERS sebagai berikut :
1)      Setiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah dimana dia menjadi pusatnya. ROGER berpendapat bahwa mungkin hanya sebagian kecil saja dunia pengalaman itu yang disadari. Istilah pengalaman disini diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi dalam organisme dalam suatu saat. Termasuk proses psikologis sensoria dan aktifitas motoris. Kebanyakan dari pengalaman tak sadar itu dap dijadikan sadar bilamana perlu (dalam istilah psikoanalitis: ini dalam alam prasadar bukan alam sadar).
2)      Organisme bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realita). Dalil ini menunjukan bahwa pribadi tidak bereaksi terhadap perangsang-perangsang dari luar dan pendorong dari dalam sebagaimana adanya (as such an sich),tetapi dia bereaksi terhadap hal yang merangsang dan mendorongnya seperti apa yang dialaminya. Apapun yang dipikirkannya sebagai benar,baik itu betul-betul benar atau tidak adalah kenyataan dan kenyataan subyektif inilah yang menentukan tingkah lakunya.
3)      Organisme bereaksi terhadap medan phenomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organizet whole). Isatilah organizet whole ini berasal dari ilmu jiwa Gestalt (goldstein). Pendapat ini menunjukan bahwa ROGER tidak sepaham dengan cara penyelidikan segmental.Organisme selalu merupakan suatu sistem yang terorganisasi sehingga perubahan pada setiap bagiannya akan menimbulkan perubahan pada bagian lain.
4)      Organisme mempunyai kecenderungan dan dorongan dasar yaitu mengaktualisasikan,mempertahankan, dan mengembangkan diri.
5)      Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha organisme yang berarah tujuan,yaitu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan bagaimana dialaminya. Walaupun ada kebutuhan-kebutuhan namun itu semua tertuju pada tujuan organisme untuk mengaktualisasikan,mempertahankan,dan mengembangkan diri.
6)      Emosi menyertai dan pada umumnya memberikan fasilitas tingkah laku berarah tujuan. Hal ini menunjukan bahwa emosi itu tidak mengganggu bahkan berguna bagi penyesuaian diri. Misalnya kemarahan dapat mendorong orang mencari makan dengan lebih giat sedangkan kelegaan membantu orang mencerna makanan yang telah ia makan.
7)      Jalan yang paling baik untuk memahami tingkah laku ialah dengan melalui internal of reference orangnya sendiri.
Mencoba memahami pribadi dari external frame of referencenya, yaitu dengan melalui kesimpulan yang ditarik dari bahan-bahan tes, observasi, tingkah laku ekspresif.
8)      Suatu bagian dari seluruh medan pengamatan sedikit demi sedikit terdiferensiasikan sebagai self. Disini ROGERS mengikuti SNYGG dan COMB,yaitu berpendapat bahwa self phenomenal terdeferensiasikan dari medan phenomenal. Self ini adalah kesadaran orang akan adanya dan fungsinya. Jadi self sebagai obyek pengalaman-pengalaman yang menunjuk “I” atau “ME”.
9)      Sebagai hasil saling interaksi dengan lingkungan terutama sebagai hasil dari sling pengaruh yang bersifat menilai dengan orang lain. Struktur self ini terbentuk pola pengamatan yang teratur,selaras dalam hubungan dengan “I” atau “ME” beserta nilai-nilai yang dihadapi dengan konsepsi ini. Pengalaman-pengalaman yang telah ia alami kemudian dinilainya ada yang positif (I like it) dan ada yang negatif (I disklike it). Struktur self itu selanjutnya merupakan gambaran yang teratur yang ada dalam pribadi sebagai figur(kesadaran) atau sebagai background (prasadar atau sadar) beserta nilai-nilai negatif dan positif
10)  Nilai-nilai terikat peda pengalaman dan nilai-nilai yang merupakan bagian struktur self. Dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang dialami langsung oleh organisme, dan dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang diintroyeksikan atau diambil dari orang lain tetapi diamati sebagai pengalamannya. Contohnya seoarang anak laki-laki yang mempunyai gambaran bahwa dia adalah anak yang baik dan dicintai oleh orang tuanya tetapi juga senang menyiksa adiknya oleh karena itu ia mendapatkan hukuman. Sebagai akibat dari hukuman itu ia harus meninjau kembali gambaran dirinya dan nilai-nilainya dalam salah satu dari cara yang berikut:
a)      “Saya adalah anak yang jahat”.
b)      “Orang tua saya tidak menyukai saya”
c)      “Saya tidak suka mengganggu adik saya”
Masing-masing sikap diatas itu dapa memalsukan kebenaran. Misalnya anak itu mengambil sikap “Saya tidak suka menngangu adik”, maka ini berarti ia menolak paksaannya yang sebenarnya. Penolakan ini tidak beraati bahwa perasaan itu lalu hilang, perasaan itu akan tetap mempengaruhinya dalam berbagai cara yang mungkin tidak disadari.
11)    Penagalaman yang terjadi dalam kehidupan individu dapat dihadapi dengan model :
a)      dilambangkan, diamati dan diatur dalam hubungan dengan struktur self.
b)      Diabaikan, karena tak ada hubungan yang jelas dengan struktur self.
c)      Ditolak atu juga bisa dilambangkan secara palsu karena pengalaman tidak sejalan dengan struktur self.
12)    Kebanyakan cara-cara bertingkah laku yang diambil orang ialah yang selaras dengan konsepsi self. Jadi menurut rogers cara yang paling baik mengubah perilaku ialah dengan mengubah konsepsi self.
13)    Dalam beberapa hal tingkah laku merupakan dorongan dari pengalaman-pengalaman dan kebutuhan-kebutuhan organis yang tidak dilambangkan. Tgingklah laku ini tidak selaras dengan struktur self.
Penjelasan : Jika kita lihat dalil 12 dan 13 ditinjau secara bersamaan makan sistem pengatur tingkah kau ada 2 yakni self dan sistem organis, kedua sistem ini diharapkan bekerja selaras seperti tergambar pada dalil 15, jika bertentangan satu dengan yang lainnya maka hasilnya adalah ketegangan dan penyesuaian diri yang tidak baik seperti tergambar pada dalil 14.
14)    Psychological maladjustment terjadi pada saat individu menolak menjadi sadarnya pengalaman sensoris dan visceral yang kuat, yang selanjutnya tidak dilambangkan kedalam struktur self, apabila terjadi hal seperti ini akan menimbilkan psychological tension.
15)    Psychological adjustment terjadi pada saat pengalaman sensoris dan visceral didisimilasikan pada prelambangan (sadar) kepada hubunagn yang selaras deng konsepsi self.
16)    Tiap pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self akan dianggap sebagai ancaman, dan struktur self akan mempertahankan diri, self akan membentuk pertahanan-pertahanan terhadap pengalaman yang mengancam tadi dengan menolaknya untuk memasuki kesdaran. Jika hal ini terjadi gambaran diri akan makin kurang cocok dengan kenyataan individum berakibat makin banyaknya bentuk-bentuk pertahanan untuk memberi gambran palsu, self akan kehilangan hubungannya dengan pengalaman organisme yang sebenarnya dan meningkatkan pertentangan dan menimbulkan ketegangan sehingga individu semakin mal-adjusted.
17)    Kondisi ketidakselaras yang terjadi menjadi hal-hal yang tidak disadari karena ada penolakan. Proses therapy harus membuat individu dalam kondisi yang tanpa bahaya/ancaman dengan membuat perasaan individu bahwa ia diterima sepenuhnya oleh counselor. Hal ini mendorong individu untuk menjelaskan perasaan-perasaan tak sadarnya dan menyadari, lambat laun individu akan lebih mengenal perasaan tak sadarnya yang dianggapnya sebagai ancaman, dan perasan-perasaan itu diasimilasikan ke dalam sutruktur self, individu melakukan mekanisme reorganisasi konsepsi self agar bisa sejalan dengan kenyataan pengalaman organismiknya.
18)    Keuntungan yang dapat dicapai dari rposes terapy 17 adalah individu akan main mengerti dan menerima orang lain karena pengalaman yang terdahulu ditolaknya terlah terasimilasi. Apabila individu mengalami dan menerima segala pengalaman sensorik dan visceralnya kedalam sistem yang selaras maka akan lebih mudah memahami orang lain dan menerima orang lain sebagai individu. Individu yang defensif cenderung akan memusuhi atau menolak terhadap individu lain yang menurut pengamatannya mencerminkan tingkah laku yang menggambarkan perasaan yang ditekannya. Sebaliknya apabila individu dapat menerima perasaan yang ditekannya dan menerima permusuhannya maka ia akan lebih torelan terhadap individu lain yang mengekspresikan perasaan yang sama akibatnya hubungan sosial semakin baik,
Contoh :
Individu ——- terancam impuls seks —— ditekan —— mengkritik individu yang menonjolkan seksualitas
19)    Jika individu lebih banyak mengamati dan menerima pengalaman organisnya ke dalam struktur selfnya, dia kan mengetahui bahwa sistem nilainya kini didasarkan pada penerimaannya dengan proses penilaian terus menerus.
Untuk adanya adjustment yang sehat individu harus selalu menilai pengalaman-pengalamannya untuk mengetahui apakah perlu adanya perubahan pada sistem nilainya. Struktur nilai yang tepa cenderung untuk mencegah individu bereaksi secara baik dan efektif terhadap pengalaman-pengalaman baru. Maknanya individu harus fleksibel supaya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi kehidupan yang selalu berubah.
Situasi ayang apabila tercapai yang berisikan kebebasan dari ketegangan yang potensial, akan menunjukkan adaptasi yang realistis, berarti pembentukan sistem nilai individu yang mempunyai kesamaan dengan sisitem nilai orang lain dan menjadi rpibadi yang well-adjusted
     Dalam menyimpulkan dalil-dalilnya itu, ROGERS Menyatakan :
“teori ini pada dasarnya bersifat phenomonologis dan terutama berhubungan dengan konsepsi untuk menerangkan, teori itu menggambarkan titik akhir dari pada perkembangan kepribadian yaitu adanya kesamaan pokok antara medan pengalaman,phenomenal, dan struktur self secara konseptual. Situasi-situasi yang apabila tercapai berisikan kebebasan dan ketegangan yang potensial yang akan menunjukan adaptasi realistis yang maksimum yang akan berati pembentukan sistem nilai-nilai individual yang mempunyai kesamaan dengan sistem nilai-nilai orang lain dan menjadi pribadi yang well ajusted.
D.    DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Rogers, organisme memiliki satu kekuatan pendorong tunggal – mendorong aktualisasi diri – dan satu gol tunggal dalam hidup – untuk menjadi diri yang teraktualisasikan. Pengalaman dinilai apakah dapat memberi kepuasan atau tidak, mula-mula secara fisik namun kemudian berkembang menjadi kepuasan emosional dan sosial. Akhirnya konsep self itu mencakup gambaran siapa dirinya, siapa seharusnya dirinya dan siapa kemungkinan dirinya. Kesadaran memiliki konsep dir kemudian mengembangkan penerimaan positif.
Sebagaimana ahli humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

1.      Penerimaan Positif (Positive Regard). Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2.      Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence). Organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
3.      Aktualisasi Diri (Self Actualization). Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).

E.     PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan dan tidak melakukan riset jangka panjang yang mempelajari hubungan anak dengan orangtuanya. Namun ia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organism menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom, sosial dan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Struktur self menjadi bagian terpisah dari medan fenomena dan semakin kompleks. Self berkembang secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap konruen dengan struktur self.

Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.

Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self image dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga – menyerah dari ketertarikannya – dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai niali yang di tolak oleh orang lain, dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia inginkan, maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman.

Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.


III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø  Terdapat pokok – pokok konsepsi teori rogers
a)      Organisme
b)      Medan phenomenal
c)      Self
Ø  Self mempunyai beberapa sifat antara lain :
1)      SELF berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
2)      SELF mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara(bentuk) yang tidak wajar.
3)      SELF mengejar konsistensi(kebutuhan/kesatuan), keselarasan.
4)      Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras atau konsisten dengan SELF
5)      Pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur SELF diamati sebagai ancaman.
6)      SELF mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Kemudian dari sifat self tersebut yang saling berhubungan rogers merumuskan kedalam 19 dalil, yang di tulis dalam bukunya “Client Centered Therapy” (1951).
Ø  Dinamika Kepribadian
Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Ø  Perkembangan Kepribadian
Struktur self menjadi bagian terpisah dari medan fenomena dan semakin kompleks. Self berkembang secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap konruen dengan struktur self.



1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kasih banyak artikelnya sangat bermanfaat. Kalo boleh, mungkin sumbernya bisa ditulis, sebagai bahan referensi.

Posting Komentar